Cari Blog Ini

Selasa, 24 Mei 2011

Analisis Tokoh dan Penokohan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

ABSTRAK
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI


Karya sastra di Indonesia dewasa ini berkemabng dengan sangat pesat, salah satunya berbentuk novel. Novel pada dasarnya sebuah cerita dan merupakan jenis sastra yang banyak menggambarkan tentang masalah-masalah kemasyarakatan serta tidak dapat dipisahkan dari penulis dan pembacanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tokoh dan penokohan tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan teknik pengumpulan data dan studi pustaka.
Berdasarkan analisis penokohan yang dapat dilihat dari tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dapat disimpulkan Lintang samudra Basar merupakan tokoh utama karena sering muncul pada cerita. Ia memiliki watak suka bekerja keras, berpandangan jauh dan bercita-cita tinggi. Muslimah Hafsari Hamid (Bu Mus) adalah seorang guru yang disenangi murid-muridnya, bijaksana, lemah lembut dan berhati mulia. Ia adalah tokoh utama yang berperilaku baik (protagonis) dan merupakan tokoh yang kompleks karakter. Sahara juga termasuk tokoh utama karena sering muncul dalam cerita. Ia memiliki sifat kuat pendirian, patuh menjalankan agama, ramah, pandai dan baik kepada semua orang.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra di Indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat, salah satunya berbentuk novel. Yang meceritakan kehidupan bermasyrakat. Selesai membaca novel, kita mendapatkan kesan dan pesan tersendiri. Seolah-olah kita turut mengalami sendiri pengalaman dalam cerita tersebut (Ibrahim, 1987:182).
Andrea Hirata lahir di Belitung, dia penulis dari novel Laskar Pelangi. Endensor adalah novel ketiga setelah novel Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Ia amat menggemari ilmu sains dan juga sastra. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia.
Dalam novel Laskar Pelangi mengangkat masalah kehidupan bermasyarakat, yaitu dunia pendidikan. Dalam novel ini diwarnai dengan cerita yang mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh yang sederhana jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal dan takwa yang dituturkan secara indah dan cerdas. Novel Laskar Pelangi menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan adalah memberikan hati kita kepada murid, tidak sekedar memberikan intruksi, tetapi juga memandang bahawa setiap anak memiliki potensi yang unggul dan tumbuh menjadi prestasi yang cermelang di masa depan. Buku ini ditulis dalam semanagt realis kehidupan sekolah, sebuah dunia tak tersentuh, sebuah semangat yang luar biasa dengan keadaan yang terbatas.
Pada prinsipnya struktur cerita tergantung pada penentuan tokoh utama. Tentu saja di samping tokoh utama diperlukan tokoh-tokoh tambahan lainnyua sebagai pelengkap (Tarigan, 1994:138). Penokohan sangat penting dikaji, karena dianggap penting dalam suatu karya sastra, maka penulis perlu untuk menganalisis tokoh-tokoh cerita yang ada salam novel Laskar Pelangi.
B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, yang diidentifikasikan penulis sebagai berikut:
1. Tema dalam novel Laskar Pelanbgi
2. Setting dalam novel Laskar Pelangi
3. Plot dalam novel Laskar Pelangi
4. Tokoh dan penokohan
5. Sudut pandang
6. Gaya bahasa
7. Amanat
C. Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini penulis membahas tentang tokoh dan penokohan dalm novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata agar mengahasilkan yang lebih spesifik.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalh dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana tokoh dan penokohan tokoh utama novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
2. Bagiamana tokoh dan penokohan tokoh pembantu novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ;
1. Mendeskripsikan penokohan tokoh utama novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
2. Mendeskripsikan penokohan tokoh pemmbantu novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi :
1. Penulis, dengan menulis dan menganalisis studi ini penulis lebih memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan sastra .
2. Pembaca, lebih memahami isi, tokoh dan penokohan dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Serta minat baca pada suatu karya sastra lebih berkembang.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Unsur-unsur Pembangun Novel
1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Untuk menemukan makna pokok sebuah novel, kita perlu memiliki kejelasan pengertian tentang tema. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sebuah cerita karena menjadi inti dari permasalahannya.
b. Tokoh dan Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh dalam cerita (Aminudin, 1987:79). Penokohan lebih mengarah pada cara penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita.
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peritiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988:16). Tokoh adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel yang bersangkutan. Paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
c. Plot atau Alur
Berdasarkan urutan waktu, alur dibedakan menjadi 3 yaitu alur maju , jika peristiwa yang diceritakan dimulai dari tahap awal berlanjut ke tahap konflik dan berakhir pada tahap penyelesaian. Alur mundur, bila peristiwa yang diceritakan dimulai bukan dari tahap awal melainkan dati tahap tengah atau akhir. Dan dikatakan alur campuran jika di dalamnya terdapat rangkaian cerita gabungan dari alur maju dan alur mundur.
d. Setting
Setting dalam suatu karya sastra sangat penting dari unbsur yang lainnya.Dari setting pembaca akan tahu dimana, kapan dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Terdapat setinng tempat dan setting waktu.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi (Sutejo, 2002:43).
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas dalam penyusunan dan penyampaian pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Karena media seorang pengarang adalah bahasa.
g. Amanat
Amanat adalah sesuatu yang hendak disampaikan oleh pengarang yang dapat dipahami lewat tema rasa dan nada dari karya sastra yang bersangkutan.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan dan sistem organisme karya sastra (Burhanuddin, 1995:23). Jadi unsur ekstrinsik adalah semua yang membangun karya sastra dari faktor-faktor lain di luar unsur intrinsik.
B. Kerangka Pikir Penelitian
Salah satu karya sastra yang paling diminati oleh masyarakat saat ini adalah novel. Banyak yang kita pelajari dari membaca novel, karena banyak sekali cerita-cerita tentang kehidupan sehari-hari di masyarakat yang ditampilkan oleh para tokoh-tokoh di dalam novel.
Untuk mempelajari bagaimana suatu tokoh memerankan suatu karakter, kita perlu mengkaji dan mempelajari lebih banyak lagi tentang tokoh dan penokohan suatu karya sastra.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian
Objek yang dijadikan penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Data yang dihasilkan berupa kutipan-kutipan teks dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menggambarkan karakter masing-masing tokoh.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan atau menguraikan data-data dari objek permasalahn untuk memeroleh kesimpulan.
C. Teknik Kajian
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakuak beberapa tahap antara lain :
a. Menyusun rancangan penelitian
b. Menyusun landasan teori
c. Mengumpulkan data
d. Menulis laporan penelitian
2. Teknik Analisis Data
Langkah-langkjah penulis untuk memeroleh tokoh dan penokohan novel Laskar Pelangi sebagai berikut :
a. Membaca novel Laskar Pelangi
b. Memaparkan tokoh dan penokohan
c. Menganalisis tokoh dan penokohan



untuk BAB IV, V, VI cari sendiri . Ok

Sabtu, 07 Mei 2011

Guru sebagai Komunikator

readbud - get paid to read and rate articles

Dalam kegiatanpembelajaran, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata, dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru (Jamarah, 2006: 72).
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengeruhi penggunaan metode. Sebelum memilih metode, guru harus menentukan tujuan yang ingin dicapai pada materi ini. Dengan begitu, mudahlah bagi guru menentukan metode bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Dengan demikian, setiap warga dituntut untuk terampil berbahasa. Bila setiap warga sudah terampil berbahasa, maka komunikasi antarwarga akan berlangsung dengan baik.
Komunikasi yang dimaksud di sini adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf (komikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.
Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bisa bekerjasama dengan baik. Kerjasama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain memperhatikan siapa yang diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang digunakan.
Selama ini kecenderungan komunikasi siswa dengan menggunakan performansi pergelaran musik karya seni kurang diperhatikan oleh siswa dikarenakan minimnya metode pembelajaran guru yang ditekankan pada kemampuan apresiasi siswa dengan menggunakan hasil karya yang baik dan benar. Hal ini diperburuk dengan semakin banyaknya tayangan televisi yang menggunakan bahasa desain komunikasi visual seperti iklan, yaitu penampilan seni yang sering digunakan dalam promosi.
Dampak yang paling parah adalah penayangan dalam volume tinggi daya apresiasi siswa rendah sehingga kompetensi dasar berapresiasi umumnya rendah pula.
Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.
Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar.
Dari definisi metode mengajar di atas, maka metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang bersangkutan.
Roestiyah NK. (1989: 125) mengatakan bahwa metode drill biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:
a. Memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.

Hal-hal tersebut di atas dapat berhasil apabila siswa juga mengerti konteks keseluruhan dari akibat drill kegunaan bagi dirinya. Pakar pendidikan, Hover, mengatakan bahwa :
a. Pembelajaran itu sebenarnya efektif bagi masing masing siswa
b. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses mengatasi masalah sehingga siswa ditegaskan agar dapat mencari hubungan akan sesuatu hal dengan drill sehingga ia dapat mencapai standar minimumnya sendiri untuk objek yang ia teliti dan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Drill sangat efektif karena dapat dikerjakan individu atau berkelompok, maupun kelompok besar dalam skala satu kelas. Jadi secara umum teknik mengajar drill ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:
a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olah raga;
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
Perkembangan bahasa di tingkat pemula ( bayi) dapat dianggap semacam persiapan berbicara.
a. Pada bulan-bulan pertama, bayi hanya pandai menangis. Dalam hal ini tangisan bayi dianggap sebagai pernyataan rasa tidak senang.
b. Kemudian ia menangis dengan cara yang berbeda-beda menurut maksud yang hendak dinyatakannya.
c. Selanjutnya ia mengeluarkan bunyi ( suara-suara ) yang banyak ragamnya. tetapi bunyi-bunyi itu belum mempunyai arti , hanya untuk melatih pernapasan saja.
d. Menjelang ussia pertengahan di tahu pertama, ia meniru suara-suara yang didengarkannya, kemudian mengulangi suara tersebut, tetapi bukan karna dia sudah mengerti apa yang dikatakan kepadanya.
Ada dua alasan mengapa bayi belum pandai berbicara: pertama, alat-alat bicaranya belum sempurna. Kedua, untuk dapat berbicara, ia memerlukan kemampuan berpikir yang belum dimiliki oleh anak bayi. Kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain secara timbal balik.
Ditingkat pemula ( bayi ) tidak ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang tuli dengan anak yang biasa. Anak tuli juga menyatakan perasaan tak senang dengan cara menangis. sedangkan rasa senangnya dinyatakan dengan berbagai macam suara raban, tetapi tingkat perkembangan bahasa yang selanjutnya tidak dialami olehnya. Ia tidak mampu mengulangi suara-suara rabannya dan suara orang lain. Jika ia nanti sudah besar, ia akan menjadi bisu.
Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi:
1. keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan-kawannya ini terlihat pada anak usia 2 setengah – 3 tahun.
2. Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.
3. Pergaulan social dengan orang lain.
4. Menyatakan pendapat dan ide-idenya.
Dengan menghadapi berbagai problematika yang ada dalam proses pembelajaran khususnya dalam menghafalkan kata-kata maka perlu pemikiran yang tepat , agar dalam proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan dengan efektif. Disamping hal tersebut perlu dilakukan pengujian atas kebenaran yang menyangkut penggunaan metode yang tepat seperti latihan-latihan dalam penerapan sistem pembelajaran tersebut.

Komunikatif yang Aktif

Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Sesuai dengan standar kompetensi bidang pengembangan kemampuan dasar, bahwa kompetensi dasar berbahasa adalah anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbolsimbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi:
1. keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan-kawannya ini terlihat pada anak usia 2 setengah – 3 tahun.
2. Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.
3. Pergaulan sosial dengan orang lain.
4. Menyatakan pendapat dan ide-idenya.
Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk.
Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah membantu murid mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengeruhi penggunaan metode. Sebelum memilih metode, guru harus menentukan tujuan yang ingin dicapai pada materi ini. Dengan begitu, mudahlah bagi guru menentukan metode bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
1. Murid memiliki kemampuan menggunakan bahasa lisan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
2. Murid memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).
3. Murid mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
4. Murid menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Dengan demikian, setiap warga dituntut untuk terampil berbahasa. Bila setiap warga sudah terampil berbahasa, maka komunikasi antarwarga akan berlangsung dengan baik.
Komunikasi yang dimaksud di sini adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf (komikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.
Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bisa bekerjasama dengan baik. Kerjasama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain memperhatikan siapa yang diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang digunakan.
Selama ini kecenderungan komunikasi murid dengan menggunakan performansi pergelaran musik karya seni kurang diperhatikan oleh murid dikarenakan minimnya metode pembelajaran guru yang ditekankan pada kemampuan apresiasi murid dengan menggunakan hasil karya yang baik dan benar.

Sistem Pembelajaran

Di dalam proses belajar mengajar berlangsung kegiatan guru mengajar disatu pihak dan siswa belajar di lain pihak, berinteraksi. Pada kegiatan mengajar dan kegiatan belajar sering disatukan dengan kata kegiatan belajar mengajar atau proses belajar mengajar di kelas. Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Guru merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar. Dengan perannya sekarang, guru tidak lagi menjadi “satu-satunya” orang yang paling tahu di dalam kelas. Guru lebih berperan sebagai media yang menyediakan berbagai sumber belajar, serta memberi bantuan dan kesempatan kepada siswa untuk banyak berlatih, maka guru sebagai fasilitator.
Proses belajar adalah aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi. Aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan nilai dan sikap. Perubahan ini relatif konstan (tetap) atau berbekas (Winkel, 1987:200). Lebih lanjut dikatakan bahwa setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa, perubahan ini akan tampak pada tingkah laku atau prestasi siswa.
Pembelajaran merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan. Pembelajaran di Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) bersifat spesifik didasarkan pada tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan anak dengan mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, social, emosional, kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik, psikomotorik dan seni. Kemandirian anak sebagai salah satu aspek perkembangan bidang Pengembangan Pembinaan Program Pembelajaran. Kurikululm Tingkat Satuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) 2009 mempunyai peran penting, karena aspek kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup (life skill), serta memperoleh ketrampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidup anak. Melalui pemberian rangsangan, stimulus dan bimbingan, diharapkan akan meningkatkan perkembangan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik, sehingga akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Pembelajaran kemandirian anak yang diarahkan untuk mengembangan kecakapan hidup melalui kegiatan-kegiatan konkrit yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari mempunyai peranan penting. Namun keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang mengembangkan aspek kemandirian anak sering meresahkan guru. Akan tetapi dengan system team teaching, hal ini bisa teratasi dengan lebih baik.
halini terbukti banyak sekali sekolah favorit yang menerapkan sistemini.

Pembelajaran Yang "Gak Bosenin"

Salah satu tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan perilaku peserta didiknya. Dalam hal ini, Abin Syamsuddin Makmun (2003) menyebutkan bahwa tugas guru antara lain sebagai pengubah perilaku peserta didik (behavioral changes). Oleh itu, agar perilaku peserta didik dapat berkembang optimal, tentu saja seorang guru seyogyanya dapat memahami tentang bagaimana proses dan mekanisme terbentuknya perilaku para peserta didiknya. Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang saling bertolak belakang, yaitu:
1. behaviorisme
2. holistik atau humanisme.
Kedua pendekatan ini memiliki implikasi yang luas terhadap proses pendidikan, baik untuk kepentingan pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan serta berbagai kegiatan pendidikan lainnya.
1. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Behaviorisme
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan.
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :
a. Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).
b. Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)
Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku spontan. Contoh: seorang murid sedang mengikuti pembelajaran menggambar di ruangan kelas yang terasa panas, secara spontan murid tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam kegerahannya.
Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan dan menjadi stimulus bagi murid tersebut di luar ruang (halaman dan sebagainya).
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how (bagaimana), dan why (mengapa).
Secara skematik rangkaian, proses dan mekanisme terjadinya perilaku menurut pandangan Holistik, dapat dijelaskan dalam bagan berikut :



Berdasarkan bagan di atas tampak bahwa terjadinya perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:
1) kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan
2) kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
3) kebutuhan kasih sayang atau penerimaan
4) kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
5) kebutuhan aktualisasi diri.
Dalam pandangan holistik, disebutkan bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam dirinya, setiap aktivitas yang dilakukan individu akan mengarah pada tujuan tertentu. Dalam hal ini, terdapat dua kemungkinan, tercapai atau tidak tercapai tujuan tersebut. Jika tercapai tentunya individu merasa puas dan memperoleh keseimbangan diri (homeostatis). Namun sebaliknya, jika tujuan tersebut tidak tercapai dan kebutuhannya tidak terpenuhi maka dia akan kecewa atau dalam psikologi disebut frustrasi.
Secara fisiologis lingkungan mencakup segala kondisi dan material jasmaniah seperti gizi, vitamin, air dan zat-zat lain.
Secara psikologis lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh individu mulai sejak di lahirkan hingga mati. Stimulasi itu misalnya berupa sifat-sifat "gennes", interaksi "gennes", selera keinginan dan perasaan, tujuan-tujuan, minat kebutulian, keamanan, emosi dan kapasitas intelektual.
Secara sosiokultural, lingkungan mencakup stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubunganya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola keluarga, pergaulan keloinpok, masyarakat dan lembaga pendidikan adalah merupakan lingkungan.
Pendapat lain tentang lingkungan adalah menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan sekitar ialah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan, perkembangan kecuali gen-gen. Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
2. Pembelajaran pola modeling
Secara singkat pembelajaran modeling atau pemodelan dalam pembelajaran konstekstual diartikan bahwa proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar murid mengerjakannya (Depdiknas, 2007: 21)
Sintaks ini bertujuan mengenalkan kepada murid model keterampilan berbahasa yang baik. Dari model tersebut murid dapat melakukan penjiplakan (copying), pengadaptasian, baru kemudian mengembangkan keterampilan sendiri. Fase pemodelan dapat dilakukan dengan pemutaran kaset/CD/VCD, pendemonstrasian, penghadiran, narasumber/praktisi/model, atau penganalisisan model. Sintaks ini menjadi sintaks utama dalam pembelajaran bahasa karena belajar bahasa adalah belajar keterampilan. Dalam belajar keterampilan, pemagangan melalui pengamatan dan penelaahan model merupakan langkah atau fase yang diyakini tepat. Sintaks ini dapat dilakukan dengan cara individual maupun kelompok.
Prinsip dasar pemodelan secara fundamental, pemodelan di dalam kajian-kajian proses teknik pembelajaran adalah penggambaran kinerja suatu aktivitas, sistem atau proses dan membangun persamaan matematis yang dapat menggambar-kan kinerja suatu proses (secara fisik).
Pola adalah suatu rancangan atau desain. Pola modeling adalah suatu rancangan model atau pemodelan. Pengertiannya adalah suatu rancangan pemodelan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik untuk dijadikan contoh yang harus ditiru oleh murid. Pola dalam pembelajaran ini dilakukan pada awal guru menyajikan bahan pembelajaran sebagai suatu motivasi yang membangun minat murid untuk berbuat dan secara aktif menggerakkan aktifitasnya secara individu.
3. Gerak fisik motorik melalui tari
Anak usia dini yang duduk di Sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar
(kelas kecil) berusia antara 4-8 tahun, sebagaimana dinyatakan oleh para ahli pada usia itu anak belajar melalui bermain (Berk, 2007).
Pada dasarnya belajar adalah untuk membangun kecerdasan, dengan demikian belajar menari bagi anak usia dini adalah belajar sambil bermain melalui tari untuk melatih kecerdasan anak. Belajar melalui tari hendaknya merupakan salah satu stimulasi untuk melatih kecerdasan anak sejak dini, baik secara kognisi, psikomotorik maupun afektif.
Tari memberikan ruang kepada anak untuk bermain dan berimajinasi, misalnya dengan berekspresi diri menjadi peran tertentu dalam sebuah tarian dan mengembangkan sebuah gagasan melalui kreativitas gerak tari. Selain itu tari melatih kognisi dan konsentrasi anak untuk fokus menguasai urutan gerak tari dari awal sampai akhir. Dengan demikian melalui belajar menari anak-anak belajar untuk membiasakan diri berlatih menguasai gerak ataupun urutan rangkaian gerak sebagai materi dasar sebuah tarian.
Belajar menari di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar semata-mata bukanlah untuk menguasai sebuah produk tarian jadi ( tari bentuk ) untuk tujuan pertunjukan. Namun mempunyai tujuan yang lebih luas dalam proses membentuk pribadi anak melalui pengalaman belajar menari dan berpentas, sebagaimana dinyatakan oleh Rudolf Laban (1976) di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance. Belajar melalui tari berarti belajar untuk berekspresi diri melalui gerak di dalam ruang. Melalui ekspresi diri dalam menari anak belajar beraktualisasi diri khususnya pada pertunjukan tari sebagai hasil belajar anak.
Menari pada dasarnya dapat dilakukan secara individu, berpasangan maupun kelompok. Sehingga selain sebagai ekspresi individu, tari berfungsi sebagai latihan bagi anak untuk bersosialisasi membangun kebersamaan sambil bermain bagi anak baik dengan pasangannya maupun kelompoknya dalam menari dan belajar untuk mengatasi masalah (problem solving) yang timbul dari dirinya maupun kelompoknya dengan bimbingan guru.
Selain itu tari sangat berhubungan erat dengan musik sebagai pengiringnya Melalui gerakannya anak belajar memahami ritme maupun suasana yang ada dalam musik pengiring tarinya.
4. Bermain
“ Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development, mengatakan harus ada 5 (lima) unsur dalam suatu kegiatan yang disebut bermain. Kelima unsur tersebut adalah :
Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang.
a. Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
b. Menyenangkan dan dinikmati.
c. Ada unsur kayalan dalam kegiatannya.
d. Dilakukan secara aktif dan sadar.
Di luar pendapat Hughes, ada ahli-ahli yang mendefinisikan bermain sebagai apapun kegiatan anak yang dirasakan olehnya menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain dapat menggunakan alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di dalam ruangan, kalau kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh anak, maka kegiatan itupun sudah dapat disebut bermain.
Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.” Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.” Bermain secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kategori, Aktif dan Pasif (“Hiburan”). Apa saja kategori tersebut dan karakteristiknya lihat tabel berikut :
Tabel 1. Kategori Bermain
BERMAIN AKTIF BERMAIN PASIF
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari, atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain secara aktif ketika mendekati masa remaja dan mempunyai tanggung jawab lebih besar di rumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan pesat dan perubahan tubuh. Dalam bermain pasif atau “hiburan”, kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak yang menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan di televise, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hamper seimbang dengan anak yang menghabiskan sejumlah besar tenaganya ditempat olah raga atau tempat bermain

Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-masing kategori. Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol pada awal masa kanak-kanak namun hal itu tidak selalu benar. Sebagai contoh, anak kecil mungkin lebih menyukai menonton televisi ketimbang bermain aktif karena mereka belum belajar permainan yang disukai teman sebayanya.
Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain.. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.
Berangkat dari pendapat para ahli, tentunya pembelajaran yang tetap memperankan peserta didik tetap sebagai anak yang suka bermain dan belajar melalui bermain juga. Seorang guru di era sekarang dituntut mampu mencptakan pembelajaranyang berawal dari permainan. Hal ini seperti yang digalakkan pada pembelajaran sekarang yaitu PAKEM. Masalah terbesar saat ini adalah pembelajaran yang tidak menyenangkan dan terkesan membosankan.
Pada intinya pemeblajaran harus tetap menyenangkan seperti ketika anak sedang bermain.

artikel pendidikan

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Pembelajaran Agama Islam tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000:24).
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
pembelajaran dengan memberikan tugas dan resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar.
Yang dimaksud dengan pemberian tugas belajar dan resitasi ialah suatu cara mengajar di mana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik, sedangkan hasil tersebut di periksa oleh guru dan peserta didik mempertanggung jawab¬kannya.
Pertanggungan jawab itu dapat dilaksanakan dengan cara
- Dengan menjawab test yang diberikan oleh guru.
- Dengan menyampaikan ke muka berupa lisan
- Dengan cara tertulis.
Dalam metode ini kita menemukan tiga istilah penting
1. Tugas:
Tugas adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan baik tugas datangnya dari orang lain maupun dari dalam diri kita sendiri. Di sekolah biasanya itu datang dari pihak guru atau kepala sekolah atau peserta didik sendiri. Tugas ini biasanya bersifat educatif dan bukan bersifat dan berunsur pekerjaan.
2. Belajar.
Banyak sekali perumusan tentang belajar
Menurut S. Nasution ada beberapa batasan istilah belajar
a) Belajar adalah perubahan dalam sistem urat saraf.
b) Belajar adalah penambahan pengetahuan.
c) Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan pengertian.
Perubahan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh apa yang dimiliki seseorang itu, seperti: sifat, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, keadaan jasmaniah dan lain-lain
sebagainya, dan jugs dipengaruhi pula oleh lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi pula oleh motif bahan yang dipelajari dengan mempergunakan alat-alat, waktu, cara belajar dan sebagainya.
3. Resitasi
Resitasi adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali sesuatu yang sudah dimiliki, diketahui atau dipelajari. Metode ini sering disebut metode pekerjaan rupiah.
Prinsip yang mendasari metode ini ada dalam AI-Quran. Tuhan memberikan suatu tugas yang berat terhadap Nabi Muhammad sebelum dia melaksanakan tugas ke-Rasulannya. Tugas yang diintruksikan itu ialah berupa sifat-sifat kepemimpinan yang harus dimiliki.
Firman Allah S.W.T
Hai orang yang berselubung, bangunlah dan pertakutilah kaummu, hendak besarkan Tuhan-mu. Dan bersihkanlah pakaianmu! Tinggallah pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan siksaan. Janganlah engkau memberi kepada orang lain lantaran hendak meminta lebih banyak. Sabar dan uletlah menurut perintah Tuhan. (Q.S. Al Mudatatsir: 1-7).
Jadi Tuhan memberikan tugas lima macam, antara lain:
a. Ta'at beragama (membesarkan Tuhan).
b. Giat dan rajin berdakwah.
c. Membersihkan diri, jiwa dari kekotoran lahir dan bathin.
d. Percaya pada diri sendiri dan tidak mengharapkan sesuatu pada orang lain.
e. Tabah dan ulet dalam melaksanakan tugas.
2. PASE-PASE RESITASI
Dengan metode Resitasi terdapat 3 fase
1. Guru memberikan tugas:
Tugas yang diberikan oleh guru harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Dalam pelaksanaan tugas itu kemungkinan peserta didik akan menjawab dan penyelesaikan suatu bentuk hitungan dan ada pula berbentuk sesuatu yang harus diselesaikan, ada pula berbentuk sesuatu yang baik dari berbagai aspek.
2. Murid melaksanakan tugas (belajar) cara murid belajar akan terlaksana dengan balk apabila dia belajar sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru dan sesuai dengan tujuan yang hendak di¬capai.
3. Murid mempertanggung jawabkan hasil, pekerjaannya (re¬sitasinya). Resitasi itu juga akan wajar apabila sesuai dengan tujuan pemberian tugas.3>
3. KEUNTUNGAN METODE RESITASI
1. Peserta didik belajar membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang diberikan.
2. Meringankan tugas guru yang diberikan.
3. Dapat mempertebal rasa tanggung jawab. Karena hasil-hasil yang dikerjakan dipertanggung jawabkan dihadapan guru.
4. Memupuk anak agar mereka dapat berdiri sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain.
5. Mendorong peserta didik supaya suka berlomba-lomba untuk mencapai sukses.
6. Hasil pelajaran akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat peserta didik.
7. Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktipan dan kecakapan peserta didik.
8. Waktu yang dipergunakan tak terbatas sampai pada jam jam
9. sekolah.
4. KELEMAHAN METODE RESITASI
1. Peserta didik yang terlalu bodoh sukar sekali belajar.
2. Kemungkinan tugas yang diberikan tapi dikerjakan oleh orang lain.
3. Kadang-kadang peserta didik menyalin atau meniru pekerjaan temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada.
4. Kadang-kadang pembahasannya kurang sempurna.
5. Bila tugas terlalu sering dilakukan oleh murid akan menyebabkan
- Terganggunya kesehatan peserta didik, karena mereka kembali dari sekolah selalu melakukan tugas, seingga waktu bermain tidak ada.
- Menyebabkan peserta didik asal mengerjakan saja karena mereka menganggap tugas-tugas tersebut membosankan.
-Mencari tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan setiap individu sulit, jalan pelajaran lambat dan memakan waktu yang lama.
-Kalau peserta didik terlalu banyak kadang-kadang guru tak sanggup memeriksa tugas-tugas peserta didik tersebut.
5. LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DIRUMUSKAN TERLEBIH DAHULU DALAM PELAKSANAAN RESITASI
1. Pemberian Tugas Dan Penjelasan
a. Tujuan yang harus dicapai mestilah dirumuskan terlebih dahulu secara jelas.
b. Terangkan dengan jelas tugas-tugas yang akan dikerjakan murid.
c. Selidiki apakah metode resitasi satu-satunya yang terbaik untuk bahan yang akan diajarkan.
2. Pelaksanaan Tugas.
a. Setiap tugas yang diberikan harus di kontrol.
b. Siswa yang mengalami kegagalan harus dibimbing.
c. Hargailah setiap tugas yang di kerjakan murid.
d. Berikan dorongan bagi siswa kurang bergairah.
e. Tentukan bentuk-bentuk resitasi yang akan dipakai.
f. Saran-saran:
1) Tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti betul apa yang harus dikerjakan.
2) Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup.
3) Adakan kontrol yang sistimatis sehingga mendorong anak¬anak bekerja dengan sungguh-sungguh.

Rabu, 04 Mei 2011

Mentari di Ujung Senja

Gelap menanti perjalananmu kini
Langkah kaki tak terasa kini di ujung senja
Binar matamu tak secerah di pagi tadi
Asa bergilir tak kenal siapa
Asam terasa pahit, manis terasa asam
Cita ikut tenggelam
Bersama mengarungi samudra pejalanan
tanpa perahu
tanpa tahu
tanpa ilmu

tentang aku

aku Irwan Bustan S.Q lahir Agustus 1989, di Ponorogo, Jawa Timur. Sekarang aktif sebagai mahasiswa di STKIP PGRI Ponorogo Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
sedang meniti karir sebagai penulis amatir,,hehehehe
itu ja,,,,yaaa....