Cari Blog Ini

Minggu, 04 Desember 2011

PROPOSAL SKRIPSI

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA KARYA AHMAD FUADI TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA



Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Seminar Proposal Skripsi”






Oleh :
IRWAN BUSTAN SAYID QODIM
NPM. 0821103771


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK IDONESIA
PONOROGO
2011
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil kreatif dari imajinasi yang merepresentasi dari kehidupan nyata. Sebagaimana dalam Nurhayati (2008: 1) Pradopo berpendapat bahwa karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya.
Menurut karya A. Teeuw sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (1991: 56). Seperti halnya budaya, sejarah, dan kebudayaan sastra juga merupakan bagian dari ilmu humaniora. Oleh karena itu, pengkajian sastra berfungsi untuk memahami aspek-aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang terkandung dalam karya sastra. Karya sastra merupakan hasil kreatifitas seorang sastrawan sebagai bentuk seni, bersumber dari kehidupan dipadukan dengan imajinasi pengarang. Hal ini wajar terjadi mengingat pengarang tidak dapat lepas dari ikatan-ikatan sosial tertentu
Dalam Maria Ulpa (2010: 1) Semi berpendapat bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra merupakan karya seni yang imajinatif sehingga ia harus diciptakan dengan suatu daya  kreativitas, kreativitas itu tidak saja dituntut dalam upaya melahirkan pengalaman batin dalam bentuk karya sastra, tetapi lebih dari itu. Ia harus pula kreatif dalam memilih unsur-unsur terbaik dari pengalaman hidup manusia yang dihayatinya.
Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra diharapkan memunculkan nilai-nilai positif bagi penikmatnya, sehingga mereka peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berprilaku yang baik. Novel juga merupakan ungkapan fenomena sosial dalam aspek-aspek kehidupan yang dapat digunakan sebagai sarana mengenal manusia dan zamannya. Novel yang semakin bersinar di masa kini tak lain adalah cerita yang berkelanjutan tentang manusia yang dipoles sedemikian rupa oleh penulis-penulis yang kreatif.
Pemilihan novel kedua dari Trilogi Negeri Lima Menara, Ranah Tiga Warna dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami nilai-nilai edukatif yang tercermin dari perilaku tokoh-tokoh dalam novel ini. Novel Ranah Tiga Warna yang selanjutnya ditulis R3W mempunyai nilai didik positif yaitu penjelasan mengenai nilai-nilai keteladanan lembaga pendidikan sehingga dapat dijadikan panutan atau masukan bagi pembacanya. Novel R3W karya Ahmad Fuadi dipilih karena memiliki kelebihan-kelebihan dalam isi maupun bahasanya.
Dari segi isi novel R3W merupakan kelanjutan dari novel Negeri Lima Menara selanjutnya ditulis N5M. Pada novel N5M berkisah tentang seorang anak dari Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, yang berna Alif Fikri yang merantau jauh ke Pondok Madani di Ponorogo, Jawa Timur untuk sekolah agama demi memenuhi permintaan ibunya. Meskipun dengan banyak godaan yang membuat ia hampir saja tidak menyelesaikan pendidikannya, namun akhirnya ia dapat lulus berkat mantra yang ia pelajari di pondok tersebut.
Kisah selanjutnya, di novel kedua ini, Ranah Tiga Warna (R3W) yang berkisah kehidupannya setelah pulang dari pondok. Ternyata setelah kepulanganya di Maninjau, tidak segampang yang ia bayangkan waktu di pondok dulu. Demi memenuhi impiannya di waktu di pondok dulu untuk pergi ke Amerika ia harus berkerja keras lagi. Karena di pondoknya dulu tidak mengeluarkan ijazah umum, ia harus berjuang untuk menempuh ujian persamaan untuk mendapat ijazah persamaan SMA agar dapat digunakan untuk UMPTN. Dengan kerja keras tiada henti, akhirnya ia mendapat ijazah prsamaan SMA dan dapat melewati UMPTN. Ia masuk UNPAD dan mengambil prodi Hubungan Internasional demi mewujudkan impiannya untuk pergi ke luar negeri terutama ke Amerika. Sempat kuliahnya akan berakhir karena masalah biaya yang membelit. Namun ia dapat melewati semua cobaan dengan kerja keras dan penuh kesabaran tanpa batas. Sebagaminana mantra yang ia dapatkan di pondok madani dulu “ Man jadda wajada”  pada novel N5g dan “ Man shabira dhafira” pada novel R5W yang akan dibahas ini.
Teori psikologi sastra dipilih sebagai metode analisis karena peneliti ingin memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh yang terkandung dalam novel R3W. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra. Hal ini selaras dengan pendapat Ratna (2006:343) sebagai dunia, karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan ke dalamnya, khususnya manusia. Pada umumnya, aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab dalam diri manusia aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.
Satu hal yang tidak mungkin terlepas dari penciptaan karya sastra adalah kejiwaan, baik kejiwaan pengarang, kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra maupun kejiwaan pembaca. Sastra merupakan pencerminan dari segi kehidupan manusia yang di dalamnya memuat sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, tanggapan, perasaan, imajinasi mengenai manusia itu sendiri. Pengarang berusaha merefleksikan segi-segi kehidupan manusia itu ke dalam karya sastra sehingga terciptalah sebuah karya sastra yang menarik untuk diteliti.
Adapun alasan diangkatnya nilai-nilai edukatif sebagai bahan kajian karena novel ini mempunyai kelebihan tersendiri. Apalagi didukung tokoh utama merupakan lulusan pondok yang dituntut mampu mengusai ilmu agama dan ilmu umum.

B.      Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.       Struktur yang membangun novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
2.       Analisis psikologi sastra novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
3.       Nilai-nilai yang terdapat dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
4.       Aspek-aspek psikologi dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuad


C.      Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah berfungsi sebagai alat untuk memfokuskan penelitian agar penelitian lebih mendalam dan detail. Dari identifikasi masalah di atas peneliti membatasi permasalahan penelitian pada dua hal yaitu “Bagaimana struktur yang membangun novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dan banagaimana nilai-nilai edukatif yang tergambar dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi,”

D.      Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.       Bagaimana struktur yang membangun novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi?
2.       Bagaimana nilai-nilai edukatif yang tergambar dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi tinjauan psikologi sastra?

E.      Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian haruslah jelas supaya tepat sasaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.       Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi;
2.       Memaparkan nilai edukatif yang tergambar dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi ditinjau dari psikologi sastra.

F.       Manfaat Penelitian
Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis, sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.       Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang bahasa dan sastra Indonesia serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis, pembaca dan pecinta sastra.
2.       Manfaat praktis
a.       Mengetahui nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi;
b.       Dapat memahami karakter tokoh-tokoh yang ada dalam novel Ranah Tiga Warna, menangkap apa yang diharapkan oleh penulis setelah novel dibaca atau diinterpretasikan oleh para pembacanya;
c.        Sebagai motivasi dan referensi penelitian karya sastra Indonesia agar setelah peneliti melakukan penelitian ini muncul penelitianpenelitian baru sehingga dapat menumbuhkan inovasi dalam kesusastraan;
d.       Pembaca diharapkan mampu menangkap maksud dan amanat yang disampaikan penulis dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi.

G.      Definisi Istilah
1.       Nilai Edukatif
Nilai edukatif merupakan sesuatu yang memiliki daya guna untuk mendidik atau mengarahkan pada perilaku tertentu.
2.       Novel Ranah Tiga Warna
Novel Ranah Tiga warna adalah karya dari Ahmad Fuadi yang isinya memotivasi pembaca untuk mengejar cita-cita, impian meskipun dengan halang rintang yang tak berkesudahan. Novel Ranah Tiga Warna inilah yang akan menjadi bahan kajian dalam penelitian ini, Novel ini terdiri dari 474 halaman yang diterbitkan oleh Gramedia Putaka Utama, cetakan ke-1 dan ke-2 pada Januari 2011. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian ini adalah nilai-nilai edikatif (pendidikan) yang diambil dari perilaku atau budi pekerti tokoh dalam novel Ranah Tiga Warna.

BAB II
KAJIAN TEORI

H.      Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme secara definitif merupakan analisis terhadap unsur-unsur karya sastra. Setiap karya sastra memiliki unsur-unsur yang berbeda baik karya yang sama maupun berbeda. Perbedaan unsur sebagai akibat ciri-ciri inheren dan sebagai akibat perbedaan unsur proses resepsi pembaca (Ratna, 2006: 93). Adapun kajian struktur formal fiksi dalam kajian struktural yaitu tema, penokohan, alur (plot), setting (latar), sudut pandang (point of view), gaya (style), dan pesan (amanat).
1.       Tema
Tema merupakan ide dasar yang berindak sebagai titik tolak keberangkatan pengarang dalam menyusun sebuah cerita (Tjahjono, 1988:158). Menurut Santon dalam Kasnadi dan Sutejo (2010: 7) tema diformulasik, dan sebagai makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Jadi tema adalah intisari atau gagasan dasar yang telah ditentukan oleh pengarang sebelumnya yang dapat dipandang sebagai dasar cerita yang mendalam.
2.       Penokohan
Definisi penokohan disebutkan oleh beberapa tokoh seperti berikut ini.
1)       Menurut Edward H. Jones (dalam Sutejo, 2010: 12) penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita, penokohan atau karakter adalah begaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita rekannya.
2)       Menurut Stanton (dalam Sutejo, 2010: 13) istilah perwatakan (caracter) itu sendiri merujuk pada dua konsep yang berbeda: (a) sebagai tokoh-tokoh yang ditampilkan dan (b) sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsipprinsip moral yang dimiliki para tokohnya.
Dari uraian itu ditarik kesimpulan bahwa penokohan adalah gambaran yang ditampilkan pengarang tentang lakon yang bermain di dalam cerita yang ditinjau dari segi fisik, psikis maupun lingkungan tempat tinggalnya. Pengambaran ini dapat secara langsung atau tidak langsung diuraikan oleh pengarang dalam sebuah cerita.
3.       Alur
Hudson (dalam Tjahjono, 1988: 107) berpendapat bahwa alur merupakan rngkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal yang dikerjakan atau diderita oleh tokoh dalam fiksi. Fanani (dalam Sutejo, 2010: 17) alur dipahami sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Jadi, alur adalah peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain dengan adanya hubungan saling melengkapi. Istilah alur terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya.
4.       Setting (latar)
Setting merujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu lingkungan sosial temapt terjadinya peristiwa yang diciptakan (Sutejo, 2010:21). Latar (seting) adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan) suatu cerita terjadi ( Inu.yahoo.com/ latar/01-11-2011). Jadi, latar adalah wujud tulang punggung suatu cerita yang merupakan landas tumpu yang melatari unsure-unsur instrinsik dan menyaran kepada pengertian tempat, waktu dan lingkungan sosial.
5.       Sudut pandang
Menurut Abrams (dalam Sutejo, 2010: 22) sudut pandang ialah sebuah cara cerita itu dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandanganyang dipergunakan pengarang sebagai sarana menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah karya fiksi. Burhan Nugiyantoro (dalam Sutejo, 2010: 22) membedakan sudut pengisahan ini ke dalam dua kategori: persona pertama, gaya ber-”aku”, dan persona ketiga, gaya ber-”dia”
6.       Gaya (style)
Style (gaya pengucapan) gaya berbahasa dalam mengungkapkan ide kreatif pengarang. Style menurut Abrams, terdiri dari unsur fonologi, sintaksis, leksikal, dan retorika yang berupa karakteristik penggunaan bahasa figuratif, pencitraan, dan sebagainya (Sutejo, 2010: 25).
7.       Pesan (amanat)
Unsur terakhir dalam kajian struktural ialan pesan atau amanat yag dapat digali dari cerita fiksi. Pesan dapat berupa pesan moral, pesan religiusitas, nilai dan kritik sosial, nilai pendidikan, adat dan sebagainya.

I.        Teori Psikologi Sastra
Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab hanya dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan berada. Dalam penelitian ini peneliti menentukan terlebih dahulu karya sastra yang akan dianalisis kemudian menentukan teori-teori yang relevan dengan bahasan yang ingin dicapai peneliti. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ratna (2004: 344).
Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis.

Menurut Siswantoro (2004: 260) psikologi sebagai ilmu jiwa yang menekankan perhatian studinya pada manusia, terutama pada prilaku manusia (human behavior or action). Akan tetapi, jiwa itu sendiri tidak tampak maka dapat dilihat dari tingkah lakunya atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan kehidupan jiwa.
Berdasarkan pendapat ahli di atas perbedaan psikologi dan psikologi sastra diketahui bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang menekankan tingkah laku atau aktivitas-aktivitas sebagai manifestasi kehidupan jiwa. Psikologi sastra yaitu menekankan perhatian pada unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra. Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya.
Bertolok dari pendapat-pendapat di atas, analisis nilai edukatif novel R3W karya Ahmad Fuadi tinjauan psikologi sastra menggunakan pendekatan tekstual (tertulis), yaitu mengkaji aspek psikologi tokoh-tokoh dalam novel R3W dengan cara menganalisis nilai edukatif yang tercermin dari tingkah laku tokoh dalam novel sebagai sumber data primer. Penelitian psikologi sastra dari aspek tektual tidak bisa dipisahkan dengan prinsip-prinsip psikologi Freud.
Dalam teori Freud, psikologi sastra akan mengungkap psikoanalisa kepribadian. Dinamika kepribadian terdiri dari tiga sistem yang penting yaitu id, ego dan super ego. Ketiga sistem ini merupakan satu susunan yang saling mendukung dan terikat. Dengan bekerja sama secara teratur dan konsisten menjadikan seorang individu berlaku secara efisien dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dalam penelitian psikologi sastra, yang lebih penting hendaknya peneliti mampu menggali sistem berpikir, logika, anganangan, dan cita-cita hidup yang ekspresif sehingga tidak sekedar sebuah kebetulan saja hal itu terjadi. Aspek kajian di atas tentunya terjadi lewat fungsi id, ego dan super ego. Hal ini didasari oleh adanya pencangkokan kejiwaan yang terwujud dari ketiga dinamika kepribadian itu.

J.       Pengertian Nilai Edukatif
Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil imajinasi dan kreativitas pengarang. Kepekaan rasa dan kreativitas pengarang bukan saja mampu menyajikan keindahan rangkaian cerita, melainkan juga mampu memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama, filsafat serta beraneka ragam pengalaman tentang kehidupan. Hasil kreativitas pengarang yang semacam itulah yang mampu mendidik pembaca untuk mengarah kepada kesempurnaan hidup.
Mardiatmadja (1986: 54) menegaskan bahwa nilai adalah hakikat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas untuk dikejar oleh manusia demi peningkatan kualitas manusia atau pantas dicintai, dihormati, dikagumi, atau yang berguna untuk satu tujuan. Senada dengan Mardiatmadja, Qomar (2005: 161) menyatakan bahwa nilai adalah batasan yang dapat memberikan penghargaan tertinggi kepada manusia dan lingkungannya.
Menurut Alwi (2007: 783) nilai adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai di kehidupan manusia yang bersifat mendidik.
Dari pendapat para ahli di atas ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah keyakinan yang mampu mempengaruhi cara berpikir, cara bersikap maupun cara bertindak dalam mencapai tujuan hidup jika dihayati dengan baik. Nilai adalah sifat yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai disini dalam konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).
Kata edukatif berasal dari bahasa Inggris educate, yang berarti mengasuh atau mendidik, education artinya pendidikan. Montessori (dalam Qomar, 2005: 49) menyatakan bahwa pendidikan memperkenalkan cara dan jalan kepada peserta didik untuk membina dirinya sendiri. Rubiyanto (2004: 21) menyatakan pendidikan sebagai seni mengajar karena dengan mengajarkan ilmu, keterampilan dan pengalaman tertentu, orang akan melakukan perbuatan kreatif. Mendidik tidak semata-mata teknis, metodis dan mekanis mengkoperkan skill (psikomotorik) kepada anak tetapi merupakan kegiatan yang berdimensi tinggi dan berunsur seni yang bernuansa dedikasi (kognitif), emosional, kasih sayang dalam upaya membangun dan membentuk kepribadian (afektif).
Dalam pandangan Gutek (dalam Rubiyanto: 2004) proses pendidikan menunjukkan kegiatan yang sangat luas dalam keseluruhan proses sosial yang membawa individu dalam kehidupan. Proses pendidikan membantu manusia menjadi sadar akan kenyataan-kenyataan hidup tersebut dan akan berusaha menemukan jati dirinya sehingga dapat menjauhkan diri dari kekacauan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dalam upaya mengembangkan potensi-potpensi dalam diri seseorang menuju ke arah kedewasaan sehingga dapat berinteraksi sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai edukatif adalah batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Pendidikan juga dapat dilakukan dengan pemahaman, pemikiran, dan penikmatan karya sastra. Karya sastra sebagai pengemban nilai-nilai pendidikan diharapkan keberfungsiannya untuk memberikan pengaruh positif terhadap cara berpikir pembaca mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
Hal ini disebabkan karena karya sastra merupakan salah satu sarana mendidik diri serta orang lain sebagai unsur anggota masyarakat. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, nilai edukatif akan ditimbulkan dari diri tokoh fiksional novel Ranah Tiga Warna. Dalam artian nilai edukatif yang dapat dipelajari atau diteladani oleh pembaca atau pun penikmat sastra. Suatu karya sastra diharapkan memiliki kajian nilai yang dapat mendewasakan pembaca, tidak hanya sebagai sarana menuangkan ide-ide yang lama terpendam.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.      Desain Penelitian
1.       Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi dan tidak berupa angka-angka.Pengkajian ini bertujuan mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan mengambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal (individu/kelompok).
Penelitian ini tidak terbatas pada pengumpulan data saja, melainkan meliputi analisis dan interpretasi. Hasil penelitian dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan data yang berisi nilai edukatif dalam karya sastra yang menggunakan pendekatan psikologi sastra
2.       Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat-kalimat dan bukan angka-angka. Dalam penelitian kualitatif, sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana (Ratna, 2004: 47). Wujud data dalam penelitian ini berupa kata-kata, frase, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam novel R3W karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku novel R3W karya Ahmad Fuadi. Menurut Lofland (dalam Moleong, 2004: 112) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa data skunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh pihak lain. Jadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kata-kata, frase, kalimat, dan wacana dalam novel R3W karya Ahmad Fuadi terbitan Gramedia Pustaka Utama Jakarta cetakan ke kedua tahun 2011 setebal 474 halaman.
Dalam penelitian ini data skundernya berupa artikel dari internet dan penelitian yang sejalan dengan penelitian ini. Artikel dari internet yaitu www.negeri5menara.com (Biografi Ahmad Fuadi). Dan penelitian yang relevan dengan penelitian ini ialah “Nilai Edukatif Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari: “Novel Trilogi Gadis Tangsi Karya Suparto Brata Dalam kajian Berspektif Gender dan Nilai Edukatif” oleh Lusiana Kurniawati, dan “Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu: Tinjauan Psikologi Sastra” oleh Diana Ayu Kartika.
3.       Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto dalam Kartika, 2008:18). Teknik simak atau disebut juga teknik sadap, yakni penyadapan sesuatu yang digunakan seseorang atau beberapa orang informan dalam upaya mendapatkan data, sedangkan teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan peneliti ketika menerapkan metode simak (Mahsun, 2005: 92-93). Teknik pustaka berarti peneliti menggunakan atau mencari sumber-sumber tertulis untuk dijadikan objek data. Teknik simak dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrument kunci melakukan penyimakan sacara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yakni sasaran penelitian yang berupa novel R3W dalam memperoleh data yang diinginkan. Hasil penyimakan dicatat sebagai sumber data. Hasil penyadapan terhadap sumber data ditampung dan dicatat untuk digunakan dalam penyusunan penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
4.       Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis teknik kualitatif. Menurut Satoto (1991:15) analisis kualitatif dapat digolongkan ke dalam metode deskriptif yang penerapannya bersifat menuturkan, memaparkan, memberikan, menganalisis, dan menafsirkan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Realisasi dari pembacaan heuristik ini dapat berupa sinopsis (Riffaterre dalam Imron, 1995:43). Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya. Metode pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan pembaca dengan menginterpretasi teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Pada tahap ini pembaca hanya menemukan arti secara linguistik (Endraswara dalam Nugroho, 2008:110). Hermeneutik menurut Teeuw (dalam Nurgiyantoro 2007: 33) adalah ilmu atau teknik memahami karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya. Cara kerja hermeneutik untuk penafsiran karya sastra dilakukan dengan pemahaman keseluruhan berdasarkan unsur-unsurnya, dan sebaliknya pemahaman unsur-unsur berdasarkan keseluruhannya. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang sesudah pembacaan heuristik dengan memberikan tafsiran berdasarkan konvensi sastranya (Jabrohim, 2003: 96).
Bertolok dari pendapat ahli, heuristik adalah pembacaan karya sastra yang tingkat keseriusannya tidak diperhatikan secara seksama, namun setelah dipadukan dengan hermeneutik pengkajian karya sastra lebih mendetail hingga ke unsur-unsur yang terpenting dari karya tersebut. Langkah awal dalam penelitian ini adalah membaca secara cermat dengan teknik heuristik novel R3W untuk mengetahui unsur-unsur instrinsiknya. Unsur-unsur yang dianalisis di dalam novel ini meliputi tema, alur, latar dan penokohan. Selanjutnya langkah kedua dengan pembacaan hermeneutik, yang merupakan cara kerja yang dilakukan oleh peneliti dengan bekerja secara terus menerus lewat pembacaan teks sastra dengan cara menafsirkan makna peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam teks novel R3W hingga dapat menemukan nilai-nilai edukatifnya.

DAFTAR PUSTAKA
Guntur Tarigan, Henry.1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Khuta Ratna, Nyoman.2006. Teori,Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kasnadi dan Sutejo2010.Kajian Prosa Kiat Menyisir Dunia Prosa. Yogyakarta: Pustaka Felicha
Teeuw, A.1988. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tjahjono, Tengsoe.1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. Flores: Nusa Indah.
Ulpa, Maria.2010. Nilai-Nilai Edukatif dalam Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Surakarta
Nurgiyantoro, Burhan.1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gaja Mada University Press.
Dino.2009. Pengertian Latar. http://mystorydno.blogspot.com/d-latarsetting.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar